23 Juni 2012

Hari Populasi Dunia?! (1/2)

Eh ada ya hari peringatan populasi dunia?? Pertama liat baris kata itu reaksi spontan saya nyengir, rasanya di otak saya terlintas, "hadeuh ada-ada aja!". Itu reaksi pertama. Saya yakin itu lahir dari kondisi males mikir dan rendah eksposur pengetahuan, a.k.a penyakit males baca beberapa taun belakangan ini - terutama sejak berdomisili di Cina.

Term itu saya dapet saat jalan-jalan di Care2 Petitionsites setelah nandatangani beberapa petisi masyarakat global. Tepatnya di artikel ini bacanya: Do Something About Over-Population.

Dari situ saya tertarik karena baca punya baca ternyata ada filosofi penting banget dibalik Hari Populasi Dunia ini. Diantara anda mungkin ada yang ber-"Ya iya laaah!", karena tiap hari peringatan musti ada latar belakang dan misi penting dibaliknya. Tapi buat saya, kadang hari peringatan itu terasa mengada-ada, sudah kehilangan relevansinya terhadap kekinian, beraroma politis atau etnosentris, dsb.

Dari artikel diatas saya jadi tau Hari Populasi Dunia jatuh tanggal 11 Juli mendatang. Dari artikel itu juga saya jadi terbawa ke artikel dan situs lainnya yang relevan sama isu lonjakan populasi dunia. Masalah besarkah? Mengerikankah? Menurut saya secara obyektif iya, bahaya dan mengerikan! Tapi tentu isu ini bisa jadi amat subyektif terutama saat harus face to face sama isu agama tertentu.

Di Islam misalnya. Ada anjuran ber-anak sebanyak2nya dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bilang kira-kira, "perbanyaklah kaumku (islam), karena jumlah merekalah yang akan jadi kebanggaanku dihari akhir nanti". Umm..mohon koreksi kalau kutipan saya keliru dan dianggap bisa menyesatkan pembaca. Belum lagi ada kepercayaan bahwa "banyak anak banyak rejeki" yang dijiwai dari Al Quran (?) bahwa tiap makhluk dijamin rejekinya oleh Tuhan.

Kepercayaan yang buat saya bersumber dari kekeliruan menafsirkan teks dan konteks anjuran agama itulah yang bikin kedua orang tua saya terus reproduksi anak. Petugas KB setempat sampai 'gemas' melihat ibu saya hamil terus hingga total 10 anak, plus 2 anak tergugur sebelum lahir! Kepercayaan salah kaprah itu juga yang bikin almarhum ayah saya punya senjata 'menyemprot' petugas KB yang menyarankan mereka ber-KB. Apa senjatanya? "Anak ya anak saya, saya yang kasih makan, saya yang biayai sekolah, saya ngga minta dari pemerintah, kenapa kalian yang repot? Saya punya Tuhan, rejeki anak udah dijamin sama Tuhan!". Walaaah..kalau saya jadi petugas KB-nya saat itu, mungkin saya rekomendasikan ayah saya masuk  'wajib penataran' (instead of 'wajib militer' ala barat, haha..) khusus KB!

Melihat pemandangan umum di Indonesia, saya percaya ayah saya ngga sendiri. Ratusan juta rakyat Indonesia sangat mungkin memeluk erat kepercayaan serupa. Termasuk beberapa saudara kandung saya sendiri yang berpendidikan cukup tinggi masih memeluk erat demikian. Isu ekonomi dan jatuh bangunnya membesarkan anak lebih dilihat sebagai 'investasi' masa tua, secara ekonomi maupun cinta kasih. Entahlah apa terlintas perspektif bahwa tiap anak yang terlahir berhak mendapat perhatian dan kualitas hidup optimal..  Sejauh pengamatan saya, penderitaan, serba kekurangan, dan kesengsaraan di masyarakat relijius (islam) lebih dilihat sebagai 'ujian' dan 'hal fana/sementara'. Semua itu tidak penting, akhiratlah yang penting. Saat ini saya pilih tak terlalu jauh masuk ke area pro-kontra tentang isu tersebut. Saya sedang ingin damai-damai saja dengan dunia dan anda pembaca blog ;D

Yang jelas bagi saya pribadi fenomena populasi dewasa ini mengerikan! Kenapa mengerikan? Ada banyak alasan, fakta dan data tentang ini. Salah satunya saya pilih apa yang ditulis cukup padat oleh kolumnis Brad Pfeiffer di TheSunTimes.com dalam artikelnya Thinking About Overpopulation. Ia paparkan beberapa alasan yang bikin isu ini amat serius:

1. Tiap orang yang lahir ke bumi menuntut tersedianya sumber-sumber alam yang justru terbatas.
2. Lebih banyak pohon didunia ditebang.
3. Lebih banyak mineral butuh digali.
4. Lebih banyak fosil digali dan dibakar (dalam bentuk minyak/bahan bakar).
5. Lebih banyak polusi dihasilkan.
6. Kualitas hidup akan berkurang demi beragam alasan seperti terlalu padatnya penduduk, polusi, dan kompetisi akan sumber alam terbatas.
7. Keindahan alam lenyap karena butuh area untuk dibangun perumahan, jalan, industri.
8. Spesies selain manusia menghilang sekitar 1000 kali lebih cepat sepanjang sejarah bumi.
9. Populasi manusia yg amat cepat tumbuh juga menghapus habis tumbuhan dan hewan langka diseluruh dunia, yang pada akhirnya bakal mengancam kualitas keberadaan manusia juga.
10. Populasi manusia yang membludak juga menambah masalah pemanasan global (oke saya ngerti kalo diantara anda mungkin ada yang mulai skeptis dan punya perspektif baru soal global warming), karena kita kita kehilangan es di kutub utara dengan drastis. Samudera juga punya kadar asam yang meningkat.

Terus mau gimana dong? Apa yang bisa dikerjain? Saya setuju juga dengan idenya Brad masih diartikel yang sama. Baca sendiri ya kalo mau puas :D tapi ini saya terjemahkan buat pembaca yang punya masalah dengan bahasa Inggris. Beberapa ide yang bisa kita renungkan masing-masing..

(Bersambung..)