23 Juni 2012

Hari Populasi Dunia?! (2/2)


Yang jelas bagi saya pribadi fenomena populasi dewasa ini mengerikan! Kenapa mengerikan? Ada banyak alasan, fakta dan data tentang ini. Salah satunya saya pilih apa yang ditulis cukup padat oleh kolumnis Brad Pfeiffer di TheSunTimes.com dalam artikelnya Thinking About Overpopulation. Ia paparkan beberapa alasan yang bikin isu ini amat serius:

1. Tiap orang yang lahir ke bumi menuntut tersedianya sumber-sumber alam yang justru terbatas.
2. Lebih banyak pohon didunia ditebang.
3. Lebih banyak mineral butuh digali.
4. Lebih banyak fosil digali dan dibakar (dalam bentuk minyak/bahan bakar).
5. Lebih banyak polusi dihasilkan.
6. Kualitas hidup akan berkurang demi beragam alasan seperti terlalu padatnya penduduk, polusi, dan kompetisi akan sumber alam terbatas.
7. Keindahan alam lenyap karena butuh area untuk dibangun perumahan, jalan, industri.
8. Spesies selain manusia menghilang sekitar 1000 kali lebih cepat sepanjang sejarah bumi.
9. Populasi manusia yg amat cepat tumbuh juga menghapus habis tumbuhan dan hewan langka diseluruh dunia, yang pada akhirnya bakal mengancam kualitas keberadaan manusia juga.
10. Populasi manusia yang membludak juga menambah masalah pemanasan global (oke saya ngerti kalo diantara anda mungkin ada yang mulai skeptis dan punya perspektif baru soal global warming), karena kita kita kehilangan es di kutub utara dengan drastis. Samudera juga punya kadar asam yang meningkat.

Terus mau gimana dong? Apa yang bisa dikerjain? Saya setuju juga dengan idenya Brad masih diartikel yang sama. Baca sendiri ya kalo mau puas :D tapi ini saya terjemahkan buat pembaca yang punya masalah dengan bahasa Inggris. Beberapa ide yang bisa kita renungkan masing-masing..

1. Berusahalah ikut mendidik generasi muda tentang KB dan problem kelebihan populasi. Catatan saya: Di Indonesia seks diluar nikah masih ditolak walau faktanya praktek seks pra nikah mulai marak--bisa dilihat dari berbagai hasil studi dikalangan pelajar/mahasiswa. Maka mungkin penekanan soal KB bisa di fokuskan ke para pasutri muda. Kalau perlu gerakan 1 anak ditegakkan secara ketat oleh pemerintah seperti di Cina. Hanya ketimbang dihiasi praktek aborsi paksa oleh petugas, mungkin lebih baik dianjurkan kuat program steril sementara bagi pasutri, kalau anak meninggal dalam usia reproduksi maka steril sementara itu bisa dibuka dan dapat mencoba hamil lagi. Didampingi juga dengan program2 penyadaran masyarakat soal overpopulasi, hak anak, dan pelurusan/reinterpretasi teks dan konteks agama tentang jumlah anak.

Sementara untuk pelajar/mahasiswa, digencarkan pendidikan seks di sekolah-sekolah, yang diberi wawasan soal overpopulasi, hak anak, dan kewajiban dan tanggung jawab orang tua. Untuk mencegah hamil diluar nikah. Kalau mereka mau dikontrol seketat apapun perlaku seks toh bisa terjadi, bahkan lebih rentan akan kehamilan tak diinginkan karena rendahnya akses akan alat konstrasepsi (kondom, dsb).

2. Berusaha mempromosikan kesetaraan perkawinan. Perkawinan sesama jenis tidak melukai siapapun, bahkan tentunya menolong problem populasi. Catatan saya: lagi-lagi ini tentu akan jadi ide dan kerja rumit di Indonesia yang masyarakatnya masih dominan relijius tradisional.

3. Tiap pihak berusaha menjaga lingkungan dan sumber-sumber alam dalam berbagai tingkatan. Contoh kecil, dengan tidak berkendaraan pribadi saat ngga ada keperluan.

Akhirnya, kesimpulan hari ini tentang isu populasi adalah, saya makin dapat penyadaran dan rasa syukur dari kemandulan saya. Mandul 'memaksa' saya melihat persoalan reproduksi anak dengan makin beragam perspektif. Mandul memperdalam wawasan dan kebijaksanaan saya melihat kemandulan itu sendiri dan kebahagiaan perkawinan. Mandul ngebantu saya melihat lebih jernih apa yang saya inginkan, apa yang mungkin saya capai. Mandul bikin hidup saya mampu melihat dua sisi perkawinan--ada dan tiada anak--dengan lebih jernih, luas, dalam, dan sama nilainya. Mandul alhamdulilah bikin hidup saya lebih hidup, perlahan tapi pasti. Mandul bikin saya dan suami lebih pasti akan apa yang kami akan usahakan capai karena kemandulan itu. Terkait Hari Populasi Dunia, saya dan suami bisa mengucap "Selamat hari populasi dunia!" sekaligus berkontribusi mengurangi populasi secara langsung :)

Selamat Hari Populasi Dunia buat anda semua. Semoga kita semua bisa beri sedikit ruang untuk berpikir betapa pentingnya isu over-populasi ini, dan akhirnya berkontribusi mendukung pemecahan masalahnya.

Salam!