23 Juni 2012

Mengubah Dunia Lewat Petisi (1/2)

Belakangan ini saya makin semangat berpetisi. Saya suka ide dan konsep berpetisi untuk mendukung perubahan tanpa batas negara/bahasa/primordial/kepentingan sempit kelompok partai politik. Cukup berbekal: kesadaran dan solidaritas global. Ide dan konsep itulah yang sedang saya hidupkan dalam keseharian 2 tahun belakangan. Rasanya makin dijalani, makin optimis pula saya kalau kehidupan akan lebih baik kedepan :D

Ngapain sih berpetisi segala?! :) ..Makin kesini, makin terasa pula hidup berjalan amat cepat. Baru kemarin rasanya nikmatin usia belasan tahun, tiba-tiba hari ini saya sudah 34 tahun. Akhirnya saya sadari, hidup terlalu singkat buat dihabisin (hanya) untuk rutinitas dan target-target pribadi atau keluarga.

Diluar sana, ada banyak sekali suara teriakan minta tolong. Minta tolong untuk sesuatu yang amat beragam dan esensial. Kelaparan, pelanggaran HAM, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan lingkungan, penyelamatan binatang, berbagai bentuk perjuangan hak dan kepentingan publik, dan ragam lainnya.

Berbagai teriakan itu datang dari luar rumah, luar negeri domisili, luar tanah air, luar pulau, luar benua. Persoalan kemanusiaan adalah milik manusia, dimanapun kita ada. Kalau saya bisa luangkan waktu dan perhatian berjam-jam kongkow di facebook, berselancar di dunia blog, menjelajah dunia lewat berita, menikmati berjam-jam men-download dan nonton film atau musik hiburan, kenapa juga ngga saya sisihkan waktu beberapa menit untuk 'menyumbang' suara demi perubahan diluar sana, diluar rumah kita? Perubahan bermakna, dan perjuangan yang mengubah hidup banyak orang, bahkan mungkin termasuk hidup kita sendiri. Langsung maupun ngga langsung. Bukan ngga mungkin satu saat, kita lah yang butuh suara orang-orang diluar sana. Untuk apapun kasus pelik yang kita hadapi dikemudian hari. 

Sejauh ini, saya berusaha konsisten menandatangani minimal 2-5 petisi elektronik dalam seminggu. Situs-situs sumber petisi saya sejauh ini adalah Change.org dan Care2 petitionsite. Kadang diserang rasa malas, senjata ampuh saya adalah menggaungkan apa yang saya tulis diatas, sambil memaksa diri untuk paling tidak membuka 1 email notifikasi berisi petisi yang sedang beredar. Dari situ biasanya energi positif bergulung membesar, ngga terasa 1-5 petisi pun tertandatangani :D 

Itu diluar fakta bahwa wawasan dan pengetahuan jadi bertambah. Saya sering tercengang, dengan melihat berbagai petisi yang beredar kita jadi tahu banyak sekali masalah didunia ini. Masalah-masalah yang seringkali ngga pernah terpikir bahkan sekedar terlintas di benak saya sebelumnya. Proses berbudaya sering terasa menakjubkan!

Hari ini, saya terima email notifikasi dari Melanie Subono melalui Change.org. Isinya adalah pemberitahuan kalau petisi yang ia lemparkan ke Change.org berhasil dapat respon dari pemerintah RI. Pemberitahuan tersebut di sebar ke seluruh penandatangan petisi. Sementara petisi tersebut berisi kritisi terhadap pernyataan ceroboh ketua satgas TKI Maftuh Basyuni terhadap kasus yang menimpa Imas Tati-TKI Indonesia. Petisi itu juga menuntut permintaan maaf dari MB. Walau permintaan maaf bukan datang dari MB langsung, paling tidak disitu terlihat kekuatan gerakan petisi online; tekanan sosial bagi pemegang kekuasaan politik.


Gimana dengan anda sendiri.. Situs petisi apa yang konsisten diikuti, dan apa alasan memilih situs tersebut? Pernah ngga bikin petisi sendiri disana? Kalau belum pernah mendukung petisi sama sekali, kenapa demikian? Mulai terpikir ngga untuk coba memulai bentuk dukungan sosial macam itu? Saya pingin dengar cerita dan pengalaman anda sendiri.. :)